BANJARMASIN, banuapost.co.id – Ketua TP PKK Kota Banjarmasin, Hj Siti Wasilah membuka ESQ Personal Transformation Program yang bertajuk “Rahasia Komunikasi Positif Teknik Coaching untuk Ibu dan Anak”, yang berlangsung di Aula Kayuh Baimbai. Rabu (24/7).
Turut hadir dalam kegiatan Wakil Ketua TP PKK Kota Banjarmasin, Hj Hardiyanti, Ketua DWP, Rusdiati, Coach Deni dan Coach Arif Rahman dari ESQ Kalselteng selaku narasumber, seluruh Ketua PKK Kecamatan Banjarmasin beserta jajaran terkait.
Siti Wasilah menekankan pentingnya momentum hari anak untuk mengedukasi masyarakat mengenai komunikasi yang efektif antara ibu dan anak.
“Topik yang diangkat hari ini sangat relevan, terlebih berdekatan dengan hari anak. Tawaran dari Coach Deni dan Coach Arif ini sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan,” ujar Wasilah.
Ia menginformasikan Kota Banjarmasin baru saja meluncurkan Pekan Imunisasi Nasional dengan target 89.400 lebih anak, jumlah terbanyak di Kalimantan Selatan.
“Kita ingin memastikan anak-anak kita terlindungi dari penyakit seperti polio yang sangat menular. Program imunisasi ini penting untuk memberikan kekebalan komunitas secara menyeluruh,” ucapnya.
Kemudian, ia mengimbau seluruh pihak untuk mendukung kampanye ini, memastikan anak-anak usia 0-7 tahun mendapatkan vaksin polio.
“Dalam tiga periode pemberian vaksin, kami berharap semua wilayah, mulai dari kecamatan, kelurahan, hingga organisasi lainnya, turut membantu,” harap Wasilah.
Selain imunisasi, Wasilah juga menyoroti pentingnya penanganan stunting melalui program kunjungan Posyandu yang diluncurkan pada bulan Juni dengan tema “Gerakan Intervensi Serentak Penanganan Stunting”. Ia mengingatkan, stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak, tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan otak, dan kesehatan secara umum.
“Kita tidak ingin anak-anak kita di tahun 2045, saat kita merayakan tahun emas kemerdekaan, masih banyak yang stunting. Ini akan mempengaruhi daya saing mereka,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan, kunjungan Posyandu pada bulan Juni meningkat, dengan 97 persen anak diperiksa tumbuh kembangnya, dibandingkan biasanya yang hanya 85 persen. Namun, prevalensi stunting di Kalsel masih tinggi, mencapai 31 persen dari yang sebelumnya 26 persen di tahun 2022. Di Banjarmasin sendiri, prevalensinya turun menjadi 22 persen, namun masih perlu perhatian serius karena dari 10 anak, hampir 25 persen di antaranya stunting.
“Dari data bulan Juni, 70 persen anak yang diperiksa memiliki masalah gizi yang jika tidak diintervensi dapat berujung pada stunting. Saat ini ada 1.300 anak di Banjarmasin yang didiagnosa stunting dan pemerintah telah menyiapkan program penanganannya,” jelas Wasilah. (vi-ril/foto: ist)