PELAIHARI, banuapost.co.id– Setelah hampir satu minggu melakukan upaya pemadaman, batubara yang terbakar di Desa Bukit Mulya, Kabupaten Tanah Laut (Tala), Selasa (7/11/2023) petang akhirnya padam.
Upaya pemadaman menggunakan dua unit eksavator itu diperkirakan membutuhkan ribuan kubik tanah untuk menutupi lokasi yang terbakar di RT 11 Dusun III, Desa Bukit Mulya, Kecamatan Kintap.
Kebakaran batubara di bekas galian tambang itu sempat membuat panik warga Dusun III dan sekitarnya, bahkan ada 3 kepala keluarga yang terpaksa mengungsi, karena tidak tahan dengan bau asapnyaa.
Batubara di lubang bekas galian itu pertama muncul pada Sabtu 28 Oktober 2023, namun baru diatasi pada Selasa (1/11/2023) setelah Pejabat Bupati Tala, H Syamsir Rahman meninjau langsung ke lokasi.
Saat itu PJ Bupati Tala meminta pihak PT Arutmin Indonesia melakukan upaya pemadaman, meski bukan bekas galian PT AI, kawasan bekas galian tambang batubara di Dusun III Desa Bukit Mulya itu berada di areal PKP2B PT AI.
“Kedepannya jangan lagi sampai kejadian seperti ini, siapa pun yang menguasai lahan tersebut harus bertanggung-jawab, jangan sudah ribut baru turun mengatasinya,” kata PJ Bupati kepada awak media.
Pujiarto, pemerhati lingkungan dan relawan di Desa Bukit Mulya membenarkan batubara yang terbakar sudah berhasil diatasi, sekitar pukul 15.00 Wita. Lokasi batubara yang terbakar sudah tertutup dengan timbunan tanah.
“Sekitar pukul 15.00 Wita areal batubara yang terbakar sudah tertutup semua,” kata Pujiarto melalui pesan whattapps, Rabu (8/11).
Sementara, Sartika, warga RT 11 Dusun III yang ikut terdampak kebakaran batubara, mengaku lega dengan berhasilnya dipadamkan yang terbakar di dekat pemukimannya.
Menurut Sartika sudah sekitar satu minggu lebih ia dan 85 jiwa warga dusun III tidak dapat tidur dengan tenang, akibat bau asap yang sangat mengganggu.
“Syukurlah sudah dapat diatasi, dengan demikian kami warga yang terdampak dapat kembali istirahat dengan tenang,” kata Sartika.
Lubang bekas galian tambang batubara di Dusun III Desa Bukit Mulia ini sudah menghilangkan jalan desa dan beberapa rumah warga yang sengaja dijual atau yang terpaksa menjual karena takut apa-apa dengan aktivitas penambangan di dekat rumahnya.
Desa Bukit Mulya merupakan desa yang lahir dari program transmigrasi tahun 1984, saat ini sudah sekitar 50 persen lahan yang dulunya diperuntukan untuk transmigran itu dijadikan areal tambang.
Semua dusun di Desa Bukit Mulya ada lubang tambangnya, bahkan ada rumah yang nyaris tidak ada jarak dengan lubang tambang, bahkan sebagian pondasinya masuk bekas galian. (zkl/foto: ist)
Banuapost.co.id, Pelaihari, tambang, terbakar