PELAIHARI, Banuapost.co.id- Kenaikan harga kedelai impor saat ini mulai dirasakan pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Sampai pertengahan April 2025 ini harga kedelai impor sudah Rp505.000 per karung (isi 50 kg) dari sebelumnya Rp450.000.
Meski terjadi kenaikan harga barang baku, produsen tahu dan tempe di Tala tidak berani menaikan harga, karena takut pelanggan kabur, para produsen mensiasatinya dengan mengecikan tahu dan tempe yang dijualnya di pasaran.
Kenaikan harga kedelai tersebut terjadi beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menghembuskan perang tarif ke beberapa Negara, termasuk Indonesia.
Para produsen tahu dan tempe berharap kenaikan kedelai ini tidak terjadi seperti saat pandemi Covid-19, dimana harga kedelai impor tembus Rp700.000 per karung.
Hany, salah seorang produsen tahu dan tempe di kawasan Desa Atu-Atu, Kecamatan Pelaihari mengatakan sebagai produsen mereka berharap tidak terjadi kenaikan yang cukup tinggi seperti awal 2020.
“Mudahan tidak terjadi seperti saat Covid-19, kenaikan saat itu sangat memukul kami produsen tahu dan tempe,” kata Hany.
Usaha pengolahan tahu yang dikelolanya ini sebelum pandemi Covid-19 mampu mempekerjakan sampai 35 orang, kini tinggal 10 orang yang masih bertahan.
Untuk saat ini Hany mengaku masih dapat bertahan dengan tidak menaikkan harga, namun menyiasatinya dengan mengecilkan ukuran produksi.
Pengolahan tahu dan tempe keluarga Hany ini setiap harinya menghabiskan sampai 20 karung kedelai, dengan pasar mulai dari Kota Pelaihari sampai Banjarmasin.
Agus Supranoto, produsen tempe di kawasan Balirejo, Kelurahan Angsau, juga mengatakan untuk saat ini tidak berani menaikkan harga tempe hasil produksinya.
“Kedelai memang mengalami kenaikan dalam sepekan terakhir, tapi kami belum berani menaikkan harga,” kata Agus.
Menurut Agus, untuk saat ini usaha rumahannya ini bertahan dengan harga yang ada, hanya saja ukuran tempe yang diproduksinya agak dikecilkan ukurannya. (zkl/foto: zul)